Dieng, destinasi liburan yang indah
Libur akhir tahun ini, pesertanya cuma tiga orang: mama, papah, Izul. Abang masih ujian, dilanjutkan dengan kegiatan organisasi yang waktunya bersamaan dengan jadwal libur Izul…..
Jadinya abang nanti liburan sendiri bareng sama temennya ya….
Perjalanan dari Jakarta ke wonosobo menempuh waktu 11 jam, berangkat jam 9 pagi sampai wonosobo jam 8 malam. Itu sudah termasuk istirahat turun dari mobil 3 kali.....
Karena tidak punya family di Wonosobo, kami menginap di hotel. Setelah minta bantuan mbah google, hotel murah kebanyakan ada di jalan A. Yani, dekat alun-alun, yang jalannya searah. Pilihan jatuh ke hotel Sentro, secara bangunanya masih baru dibanding hotel melati lain di kelasnya.
Di depan
hotel tersebut ada tenda jualan makan mie ongklok Pak Kris. Kami coba makan di
sana. Disebut mie ongklok karena cara penyajiannya dengan memanaskan mie dan
sayuran dengan alat masak berupa saringan dari bambu yang kemudian dicelup celup
ke air mendidih agar matang. Sayuran yang digunakan adalah kol dan selada air.
ditambah irisan sedikit tahu goreng. Campuran mie dan sayuran yang telah matang
diguyur kuah. Kuah ini rasanya seperti saus lumpia yang terbuat dari tepung
sagu, gula merah, ebi dan bumbu lainnya yang bercita rasa asam manis. Penyajian
mie ongklok dilengkapi dengan sate sapi. Hmmmm nikmat...
Pagi
harinya setelah istirahat di hotel kami menuju Telaga Menjer. Letaknya tidak
jauh dari PLTA Garung. Dari Wonosobo ke arah Dieng. Sebelum pasar Garung, belok
kiri. Banyak wisatawan yang kelewatan tidak ke Telaga Menjer, karena biasanya
yang dituju langsung ke Dieng.
Dengan luas 30 hektar, Telaga Menjer merupakan danau terluas di area Dieng-Wonoosobo.
Panorama gunung dan perbukitan melatari danau indah ini. Kami datang ke sana
kepagian, loket belum buka, sehingga tidak jadi naik perahu mengitari danau
yang harusnya bisa dilakukan untuk 20 orang.
Latar: Telaga Menjer |
perbukitan menuju Dieng |
menuju Dieng Plateau |
Landmark "Dieng" |
Tujuan selanjutnya adalah komplek Candi Arjuna, yang terletak di Dieng Plateau. Dibangun oleh orang orang Hindu kuno dari abad ke-8 sampai dengan ke-13 oleh Dinasti Sanjaya. Terdiri dari candi Arjuna, Srikandi, Puntadewa, Sembadra, Semar. Sebelum masuk kita bayar tiket untuk komplek candi arjuna dan kawah sikidang sebesar 10 ribu per orang.
Kawah
Sikidang. Di area itu ada pedagang opak dan sagon. Opak adalah sejenis kerupuk
yang terbuat dari singkong diberi irisan daun kucai, sedangkan sagon merupakan
makanan khas dari tepung dan kelapa yang dicetak kemudian dipanggang di atas
bara api.
Telaga warna dan Telaga Pangilon terletak berdampingan. Air di Telaga Warna bisa berubah warna dari hijau, biru, merah. Di dalam telaga tersebut terdapat belerang yang bisa menjadikannya berubah warna.
Telaga Warna sedang berwarna hijau |
istirahat di batang pohon |
berpose di pohon 'tumbang' |
Bukit Batu Pandang. Kita dapat menikmati panorama Telaga Warna dan Telaga Pangilon sekaligus dari ketinggian.
Jalan ke Batu Pandang menanjak berbatu. Di kanan kiri jalan setapak, oleh penduduk dan pengelola ditanami wortel. Saat kita ke sana sedang panen wortel. Hmmm sesuatu banget………
jalan setapak menuju Batu Pandang |
Pemandangan
dari Batu Pandang sangat menakjubkan, kita berada di atas batu yang paling
tinggi untuk melihat pemandangan. Begitu pula dua telaga yang saling berimpitan
bisa terlihat di sini.
panen wortel |
Batu pandang |
selfi dulu..... |
Gardu Pandang Tieng, sebelum sampai ke Dieng, di ketinggian 2.789 m diatas permukaan laut, terdapat gardu. di situ bisa dilihat panorama pemandangan gunung prau dan gunung sindoro. di lembahnya terdapat perkampungan penduduk.
Perjalanan balik lagi ke Wonosobo, ditutup dengan makan siang
mie ongklok
Longkrang yang terkenal di Wonosobo. Terletak di Jalan Pasukan
Ronggolawe, sebelah SDN 3 Wonosobo.
Berbeda dengan mie ongklok yang di depan hotel waktu menginap,
Mie Ongklok Longkrang menggunakan sayuran berupa kol dan kucai, serta kuahnya
agar encer. Pelengkapnya adalah sambal cabe rawit hijau yang digerus, sate sapi dan tidak ketinggalan tempe kemul.